Sabtu, 24 Desember 2011

Kenalkan: ITC Kebon Kalapa dan SD Istiqamah Bandung

Ingin ke Bandung tapi belum kesampaian? Mari, saya kenalkan kamu dengan dua lokasi terkenal di Bandung. Kenalan sedikit saja. Kalau mau kenalan lebih jauh, silahkan datang sendiri he he. :)


1
ITC Kebon Kalapa

Kebon Kalapa di Bandung bukanlah kebon kalapa dalam arti sebenarnya. Seperti kata Wilson Nadeak dalam puisinya, "Kebun Kelapa: Terminal Kita", kebun kelapa/ di tengah kota/ telah tiada kebunnya/ telah tiada kelapanya

Waktu saya SMP, sekitar awal tahun 2000-an, sebuah pusat perbelanjaan dibangun di daerah ini. ITC namanya. Benda pertama yang saya beli di sini adalah jaket parasut kuning yang ada mata mendelik di bagian dadanya.

ITC Kebon Kalapa tampak samping
Sebenarnya bukan tidak ada tumbuhan kelapa sama sekali di daerah ini. 
Nih, ada. Tapi ini tidak bisa disebut kebun bukan?
Bagian dalam ITC

Sudah puas lihat-lihat? He he. ITC jadi alternatif bagi mereka yang ingin mendapatkan sandang dengan harga murah. Karena tidak semua orang konsumtif, termasuk saya, maka saya akan langsung mengajak kamu ke elemen tervital dari sebuah pusat perbelanjaan, yaitu, TOILET!

Lebih spesifik lagi, terutama bagi kamu yang kritis, akan langsung saya tunjukkan ketidakberesan dari toilet yang ada di ITC.

Air tidak bisa berhenti mengucur. Perhatikan arah keran.

Idem

Sudah kerannya tidak bisa ditutup, pintu bilik yang saya masuki ini rupanya tidak bisa dikancing pula. Akhirnya saya gunakan pulpen sebagai pengait. Ketika saya mau keluar, ternyata tidak mudah untuk menarik pulpen saya kembali. Ia pun harus dikorbankan. :'(


Bokong pulpen yang tertinggal...



Di bilik lain, kendati kerannya menutup namun tetap ada pancuran air ke arah atas. Dari foto di bawah ini sih tidak kelihatan, tapi coba deh berdiri di pinggir jamban. Baru kerasa ada yang bikin basah.



Padahal, ada himbauan tertulis seperti ini. 


Ketika pengelola minta kita untuk bayar, dan kita pun membayar. Memang sedikit yang kita bayar. Tapi yang bayar kan bukan kita saja, melainkan banyak pengunjung lainnya. Lalu yang sedikit tapi dari banyak itu dialokasikan untuk menambah anggaran pemeliharaan. Tapi apa yang kita temukan? Kondisi sarana dan prasarana yang terbengkalai. Apa harusnya kita membayar lebih? Apa hanya sedikit yang sadar bayar? Apa yang dibayar tidak sadar? Apa... apaan?

Kondisi serupa saya temukan di Taman Tegallega. Jadi mau toilet apa taman kota, biaya masuknya tetap seribu rupiah. Kalau di taman kota, mungkin kita perlu seribu rupiah lagi untuk masuk toilet di dalamnya.

Mungkin harusnya yang kita bayarkan itu bukan seribu rupiah, melainkan kita datangkan langsung cleaning service dan tukang untuk memperbaiki keadaan.


2
Kompleks Yayasan Istiqamah

Kompleks ini terdiri dari masjid, SD, TK, klinik, kantin, hingga KBIH. Berlokasi di Jalan Citarum, kompleks berukuran luas ini dikeliling pohon-pohon besar yang tampak megah. Anak-anak yang bersekolah di sini umumnya berasal dari kalangan menengah ke atas, tapi banyak juga yang dari kalangan menengah biasa. Selama enam tahun, kompleks ini menjadi wilayah jelajah saya. Mari ikuti saya menapak-tilasi masa SD saya. 

Aula. Di sini kami biasa solat zuhur. Waktu kelas 6, saya dan teman-teman suka main jetkoster-jetkosteran di sini. Bahaya sih. Alhamdulillah tidak ada yang pernah kena kecelakaan serius.

Bayi kucing disiram fanta. Dulu ini tidak ada tanamannya. Hanya tanah. Waktu masih di tingkat bawah, saya dan teman-teman menemukan seekor bayi kucing. Bulunya saja belum tumbuh. Badannya basah merah-merah. Katanya itu karena ada yang menyiramnya dengan fanta.
Dapur di belakang kantor kepala sekolah. Dulu ada seorang wanita bekerja di sini. Kami memanggilnya "Teteh". Saya dan Teteh cukup dekat. Begitu bel berdering, tanda jam istirahat mulai, saya langsung menghampiri Teteh di sini. Dia memegang kunci perpustakaan sekaligus menjadi penjaganya. Sesekali saya menjadi asisten Teteh. Saya melayani murid lainnya yang hendak meminjam buku, misal. Ketika Teteh tahu-tahu tidak bekerja lagi tanpa diketahui sebabnya, saya jadi tidak mudah mengakses perpustakaan lagi. Kalau teringat padanya, saya jadi merindukannya dan kedekatan kami. Teteh, kau ada di mana?
Para guru masih bertahan. Saya takjub mendapati muka-muka mereka masih eksis dalam kegiatan SD baru-baru ini. Mulai dari kiri: Pak Hadi - Pak Asep - Pak (entah) - Pak Abu - Pak Eko. Pak Hadi adalah guru favorit siswa. Ia suka bercerita dan selalu memulai ceritanya dengan "aya nini-nini". Pak Asep juga mau menceritakan yang horor kalau diminta. Pak Abu ternyata uwaknya teman saya waktu SMP. Selain di SD, Pak Eko juga mengajar di SMP Istiqamah.
Kantin. Saya jarang makan di sini. Untuk ukuran kantong siswa SD, harga makanan di sini tergolong mahal. Kami kan tahunya jajan yang ringan-ringan macam batagor, cakue, dan lain-lain. Kantin ini juga menjual makanan berat.
Lapangan kasti. Entah apa fungsi area ini sebenarnya. Waktu saya kelas 4, saya dan teman-teman sedang getol-getolnya main kasti di sini. Biasanya pagi sebelum masuk atau istirahat. Kalau lapangan di bawahnya sudah penuh terisi saat momen SKJ-Sabtu-pagi, siswa yang tidak kebagian tempat di bawah akan bergoyang di sini.
Lapangan upacara sekaligus lapangan olahraga dan SKJ-Sabtu pagi. Sekarang area ini jadi tempat parkir juga. Kalau tidak berolahraga di sini, maka kami akan berolahraga di lapangan satunya yaitu lapangan merah. Sekarang area ini jadi berasa rada sempit, padahal dulu lumayan besar. Maklum, sekarang kan sudah gede...

Salah satu lorong kelas. Selain deretan kelas untuk kelas bawah dan kelas atas (dulu), terdapat MCK putri, tangga, mading, aula, dan (dulu) koperasi juga di sini. Area ini berdampingan dengan area TK (tidak terfoto).
Mading. Kelas 6 saya (maklum, lokasi kelas berganti-ganti tiap tahunnya) terletak di seberang MCK putri yang terletak di samping mading ini. Kami, kelas 6, mengurus mading ini. Kami tempelkan karya kami, saya dengan komik saya. Kami juga menyertakan kotak untuk komentar. Sejak ada komentar mengenai komik saya yang garing, saya melanjutkan bikin komik di buku tulis saja. Kelas 5 iri dengan mading kami. Mereka merusaknya. 
Lorong ruang guru. Ruang guru letaknya di sebelah kiri. Di seberangnya adalah aula. Saya pernah diam beberapa lama di ruang guru untuk mengerjakan ujian susulan. Tangga di ujung sana adalah tempat kami mengintip teman-teman kami yang bolos solat zuhur berjamaah dan malah pacaran di dalam kelas. Ada lubang-lubang untuk mengintip pada dinding di samping tangga tersebut.
Menara. Sewaktu masih di kelas bawah, saya dan teman-teman suka menghabiskan waktu istirahat atau pulang sekolah di sini. Letaknya dekat dengan kelas kami. Saya suka penasaran dengan besi-besi yang menempel di bagian tengah, yang tentu digunakan untuk memanjat sampai ke puncak menara. Saya dan teman-teman segeng saya waktu kelas 6 berfoto di bawah menara ini saat kelulusan.
Tangga menuju perpustakaan. Waktu itu ada dua macam perpustakaan. Jika lurus terus lalu belok sedikit, di sebelah kanan adalah perpustakaan. Dulu perpustakaan untuk siswa merupakan ruangan kecil yang merupakan bagian dari perpustakaan untuk umum. Namun perpustakaan untuk siswa kemudian dipindah ke ruangan di seberangnya. Lebih luas dan nyaman, malahan. Di sana saya sering menghabiskan waktu saya. Benar-benar menyenangkan! Lantainya berkarpet, ada bantal-bantal, saya bisa membaca buku sambil leyeh-leyeh. Entah masih ada perpustakaan untuk umum di lantai ini atau tidak, yang jelas saya tidak bisa mengintip keadaan perpustakaan yang dulu pernah dicinta.
Gerbang. Dulu gerbang tersebut biasanya terbuka. Di luar menanti banyak pedagang makanan. Biasanya kami menunggu angkot sambil beli batagor. Pernah juga ada yang menjajakan komik-komik bekas. Kalau Jumatan, peminta-mintalah yang banyak mengisi. Sempat ada wartel dipajang di samping gerbang ini.
Klinik. Di sinilah dulu kami mengantri untuk periksa gigi. Ternyata klinik ini juga diperuntukkan bagi umum.
Plaza. Di sinilah kami biasa menghabiskan waktu untuk bermain atau menunggu jemputan atau sekadar mengobrol dengan teman. Memang asyik nongkrong di sini,. Kita bisa mengamati pohon-pohon besar dan lalu lintas di bawahnya yang sedang-sedang saja. Kalau aula sedang tidak bisa dipakai untuk solat zuhur berjamaah, kami melakukannya di sini. Plaza ini terletak di atas, di luar masjid. Biasanya kotor dan lengket, jadi sebaiknya gunakan alas kotor untuk berjalan di sini.
Prestasi sekolah. Wah, selamat ya SD Istiqamah termasuk tiga besar sekolah terhijau di Bandung! Salah satu bukti pendukung mengapa SD ini dicanangkan demikian bisa dilihat di bawah.
Rumah tanaman. Ini baru lo. Saya lupa kapan terakhir kali saya ke mari sebelum ini. Tahun ini apa tahun lalu ya? Apa dua tahun lalu? Yang jelas baru kali ini saya melihat benda ini. Saya juga tidak tahu bagaimana pengelolaannya, semoga para siswa dibimbing guru atau pegawai lain yang melakukannya. :D
Serodotan. Letak bebatuan ini dekat kelas saya waktu saya masih kelas bawah. Saya dan teman-teman suka ke mari saat istirahat atau pulang sekolah. Kami akan naik ke atas, lalu meluncur turun ke bawah. Mungkin sekarang ditanam tanaman di atasnya adalah untuk mencegah para siswa agar tidak melanjutkan permainan ini. Memang dulu kami sudah diberitahu kalau ini dapat berbahaya. Berseluncur di sini juga bikin celana olahraga biru kami bolong-bolong di bagian pantat.
Pramuka. Rupanya pramuka sudah eksis di sekolah ini. Zaman saya, susah sekali mendisiplinkan anak-anak untuk ikut kegiatan pramuka. Yang jalan paling hanya baris-berbaris. Tidak ada yang namanya persami. Saya sendiri pernah ikut bolos, hujan-hujanan bersama beberapa teman, sementara di atas sana, di plaza, banyak siswa lain sedang dilatih entah apa. Pramuka hanya sekadar seragam. Namun kini SD Istiqamah memiliki seragam pramukanya sendiri. Lucu deh, saya juga ingin punya.
Lapangan merah dan SMAN 20 Bandung. Inilah yang dinamakan lapangan merah. Lapangan ini sebenarnya masuk ke area TK. Ada banyak sarana bermain di bawahnya, bahkan kini sudah ada pula di sisi satunya. Kami yang sudah SD suka nebeng main ke sini hingga akhirnya penggunaan sarana di sini dibatasi. Sesekali kami berolahraga di lapangan ini. Dulu lantainya hanya kotak-kotak, tidak diberi warna lain seperti sekarang. Kalau main kasti misalnya, sesekali bola kami melambung sampai ke jalan raya. Kalau sudah begitu, jeda lama. Nah, di seberang adalah bangunan SMA 20. 
Tempat cuci tangan. Sebenarnya ini masuk ke area TK. Dulu bagian atas keran tidak ditutupi bebatuan melainkan akuarium kaca sehingga kita bisa mengamati ikan-ikan di dalamnya. Kalau kebetulan lewat dan merasa tangan kotor, kami suka menumpang cuci tangan di sini.
Tempat jualan Bu Amel. Anak-anak Bu Amel dulu bersekolah di sini. Mungkin pada mulanya ia jualan hanya untuk mengisi waktu sambil menunggui anak-anaknya saja. Namun lama kelamaan jualannya makin laris. Ia berjualan aneka jajanan untuk anak-anak--tentu bukan jajanan ala mang-mang. Ibu-ibu pun suka berkerumun di dekatnya. Bu Amel mulai aktif jualan sejak saya kelas 3 atau 4 sampai saya lulus. Mulanya dulu bukan di tempat ini, tapi di tempat lain. Baru di tempat ini ia mulai pakai meja karena yang ia jual makin banyak. Entah Bu Amel masih jualan apa tidak dan di mana anak-anaknya bersekolah kini setelah lulus dari sekolah ini.

Wah... Sudah cukup ya putar-putarnya. Bikin saya ingin balik ke masa SD lagi nih he he. Sebetulnya masih ada sisi-sisi maupun sudut-sudut lain yang berisi kenangan. Belum lagi cerita-cerita di baliknya. Namun karena berbagai keterbatasan, saya tak sampai menjamah semuanya. Cukuplah ini yang mewakili nostalgia saya. 

Sampai jumpa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...